Gambar 2.1
Hubungan Fase-fase dalam Learning Cycle
5E
Gambar tersebut dijelaskan secara rinci oleh
Lorsbach, kemudian setelah itu muncul penamaan baru pada tiap-tiap tahap dalam
model Learning Cycle 5E ini. Siklus belajar (Learning Cycle) 5E
berdasarkan pengajaran yang dibangun oleh Biological Sciences Curriculum
Study (BSCS) (Rodger dkk, 2006:1) terdiri dari lima tahap, yaitu sebagai
berikut:
a.
Engagement (mengajak)
Pada tahap ini guru akan memulai membuat
ketertarikan siswa pada topic pembelajaran. Dalam fase ini minat dan
keingintahuan (curiosity) siswa tentang topic yang akan diajarkan berusaha
dibangkitan. Bertujuan mempersiapkan diri siswa agar terkondisi dalam menempuh
fase berikutnya dengan jalan mengeksplorasi pengetahuan awal dan ide-ide mereka
serta untuk mengetahui kemungkinan miskonsepsi pada pembelajaran sebelumnya.
Fase ini meliputi kegiatan motivasi dan apersepsi yang dilakukan oleh guru.
Siswa bertugas untuk memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru pada saat
memberikan motivasi tentang materi ajar yang akan disampaikan. Pada fase ini
pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan
dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi, dengan mengajukan pertanyaan
pada siswa. “Apa yang kalian pikirkan jika ...” atau Mengapa hal ini bisa
terjadi?”
Menurut Nadia (2011: 130), aktivitas pada
fase engage sebagaimana pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1
Aktivitas Guru dan Siswa Pada Fase Engagement
No
|
Guru
|
Peserta Didik
|
1
|
Memunculkan masalah
|
Memunculkan pengetahuan awal
yang dimiliki
|
2
|
Mengajukan pertanyaan
|
Memiliki ketertarikan
|
3
|
Menunjukkan perbedaan
|
Pengalaman yang meragukan
|
4
|
Menyebabkan kebimbangan
|
Memiliki pertanyaan (bertanya)
|
5
|
Menilai pengetahuan awal siswa
|
Mengidentifikasi masalah,
membuat keputusan untuk menyelesaikan permasalahan
|
Aktivitas-aktivitas
ini dapat menggali pengetahuan awal siswa dengan baik, sehingga pengetahuan
yang diterima pada fase berikutnya dapat dipahami dengan baik.
b.
Exploration (menyelidiki)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk
bekerja sama dalam kelompok-kelompok tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji
melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan
seperti praktikum dan telaah literature. Dalam keria kelompok siswa, guru tidak
memberikan bimbingan secara langsung. tetapi berperan sebagai fasilitator.
Menurut Nadia (2011:14), aktivitas pada fase
explore sebagaimana pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2
Aktivitas Guru dan Siswa pada Fase Explore
No
|
Guru
|
Peserta Didik
|
1
|
Bertanya dan menyelidik
|
Berhipotesis dan membuat
prediksi
|
2
|
Memberikan contoh jika
diperlukan
|
Mengekplorasi bahan yang
digunakan
|
3
|
Memberi saran
|
Membuat desain percobaan
|
4
|
Menyediakan alat dan bahan
|
Mengumpulkan data
|
5
|
Memberikan feedback
|
Membuat models
|
6
|
Menilai pemahaman dan proses
|
Mencari kemungkinan-kemungkinan
|
c.
Explanation (menjelaskan)
Fase ini guru mendorong siswa untuk
menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, meminta bukti dan klarifikasi
dari penjelasan mereka, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Siswa menemukan
istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Salah satu perwakilan dari
tiap-tiap kelompok maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil dari pengejaan
Lembar Kerja Siswa (LKS).
Menurut Nadia (2011: 4), aktivitas pada fase explore
sebagaimana pada tabel berikut ini:
Tabel 2.3
Aktivitas Guru dan siswa da Fase Explain
No
|
Guru
|
Peserta Didik
|
1
|
Memberikan umpan balik
|
Menjelaskan pengertian
berdasarkan percobaan
|
2
|
Bertanya, memunculkan pertanyaan
baru dan isu
|
Berbagi pengertian untuk umpan
balik.
|
3
|
Mencontohkan atau menyarankan
cara yang dapat dilakukan
|
Mengeneralisasikan
|
4
|
Memberikan penjelasan alternatif
|
Memikirkan hal yang masuk akal
|
5
|
Mengklarifikasikan penjelasan
|
Mencari penjelasan baru
|
6
|
Mengevaluasi penjelasan siswa
|
Menggunakan berbagai cara untuk
menjelaskan (menulis, menggambar, dll)
|
d.
Elaboration (memperluas)
Pada fase ini siswa menerapkan konsep dan
keterampilan dalam situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum
lanjutan atau problem solving yang dapat memperkuat dan memperluas konsep yang
telah dipelajari. Pada fase ini guru diharuskan dapat memperbaiki miskonsepsi
siswa, kemudian mengarahkan siswa pada permasalahan-permasalahan terkait materi
yang direprentasikan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Setelah
diajukan permasalahan, siswa kemudian dituntut untuk mendiskusikan hal-hal baru
terkait materi yang dipresentasikan.
e.
Evaluation (menilai)
Fase ini merupakan kegiatan evaluasi terhadap
efektifitas fase-fase sebelumnya dan juga evaluasi terhadap pengetahuan,
pemahaman konsep, atau kompetensi siswa melalui problem solving dalam konteks
baru yang kadang-kadang mendorong siswa melakukan investigasi lebih lajut. Hal
ni menunjukkan bahwa proses dalam Learning Cycle tidak terputus.
Berdasarkan
tahapan-tahapan dalam pembelajaran bersiklus seperti dipaparkan di atas,
diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan
aktif untuk menggali dan memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep-konsep
yang dipelajari. Hal ini tejadi karena “E” menampilkan proses bantuan bagi
pengalaman belajar siswa untuk dihubungkan dengan pengetahuan sebelumnya dengan
konsep baru (Nadia, 2011: 15), Pembelajaran ini membantu siswa dalam memproses
informasi dari pengetahuan yang telah dimilikinya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri. Learning Cycle 5E memberikan kesempatan kepada siswa untuk meningkatkan
keterampilan berpikir ilmiah siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
secara tepat. Hal ini juga terlihat dalam kebersamaan kelompok dalam berdiskusi
memecahkan masalah. oleh karena itu, melalui pembelajaran Learning Cycle
5E diharapkan terjadinya peningkatan keterampilan berpikir ilmiah siswa.
1.
Kelebihan dan Kekurangan Model
Pembelajaran Learning Cycle 5E
Dilihat dari dimensi guru, implementasi model
pembelajaran ini dapat memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru
dalam merancang kegiatan pembelajaran.
Menurut Hirawan yang dikutip Neni (2012: 32)
kelebihan penerapan model pembelajaran Learning Cycle dilihat
dari dimensi siswa adalah:
1.
Dapat memumbuhkan kegairahan peserta didik
2.
Meninggkatkan motivasi belajar, kerja sama, saling
belajar, keakraban, saling menghargai, partisipasi. kemampuan berbahasa peserta
didik
3.
Lebih berpeluang untuk menyampaikan pendapat
dan gagasan
4.
Kegiatan belajar lebih mantap
5.
Pengetahuan yang didapat lebih melekat.
Menurut Hirawan yang dikutip Neni (2012:
32), kekurangan Penerapan model ini sebagai berikut:
1.
Persiapannya memerlukan banyak tenaga,
pikiran, dan waktu
2.
Memerlukan pendidik yang mampu mengelola
kelas dan mengatur kerja kelompok dengan baik
3.
Membutuhkan media, fasilitas, dan biaya yatg
cukup besar
4.
Sering didominasi oleh pimpinan kelompok
5.
Efektivitas pembelajaran rendah jika guna
kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran.
Dalam suatu model pembelajaran tentunya
terdapat kekurangan dan kelebihannya, akan tetapi apebila kita mengetahui
kekurangannya maka kita dapat memperkecil kemungkinan terjadi kekuranen itu
dengan mengoptimalkan kelebihan yang terdapat di dalam model tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar