Sumber gambar : muslim.or.id
Pada dasarnya, setiap masa adalah
kematian. Itu merupakan hal yang lumrah dan tidak bisa tergantikan. Kita tidak
bisa menolak begitu saja dan harus menerima dengan lapang dada bahwa masa depan
kita adalah kematian. Dan kematian itu merupakan kenyataan yang akan kita
alami. Pertanyaannya, sudahkah kita siap menghadapi kematian itu?
Setiap orang dengan umurnya
masing-masing pasti menjawab pertanyaan demikian dengan penuh keraguan, baik siap
ataupun tidak itu tergantung amalan selama hidup di dunia. Tidak memandang tua
ataupun muda kematian menjemput siapa saja. Jika kita hanya mementingkan dunia
saja maka hidup ini hanyalah sia-sia. Dunia ini bagaikan panggung sandiwara
yang fana dan tidak kekal selamanya. Pun sebaliknya, jika kita hanya
mementingkan akhirat saja tanpa memandang dunia, maka bagaikan susu tanpa
pemanis, hambar rasanya. Jadi kunci kebahagiaan yaitu carilah dunia untuk
mendapatkan akhirat. Itulah yang harus dilakukan oleh setiap manusia. Carilah dunia
dengan niat ridha lillahi ta’ala, maka kebaikan dalam diri akan senantiasa
terjaga. Seimbanglah dalam kehidupan terutama dalam hal Hamblum Minallah dan Hamblum
Minannas. Berbuat baiklah kepada Allah juga berbuat baiklah kepada
ciptaan-Nya. Baik manusia, hewan atau pun tumbuhan.
Setiap menjalani kehidupan
ingatlah selalu kematian, rasakan bahwa kematian itu selalu membuntuti setiap
saat karena kita tidak tahu kapan jiwa dan raga ini terpisah, kita tidak tahu
mati dalam keadaan khusnul khatimah atau
su’ul khatimah. Kita harus terima
bahwa rumah masa depan adalah kuburan. Sedangkan bagaimana caranya membuat rumah
terakhir menjadi rumah yang indah, jawabannya selalu ingatlah kematiaan. Karena
dengan demikian hidup ini menjadi terjaga, terjaga dari hal-hal buruk yang siap
menjerumuskan, terjaga dari godaan syetan yang setiap saat membawa kemadharatan
dan menjaga sekuat-kuatnya keimanan dan ketaqwaan. Hal ini sesuai dengan sabda
Rasul SAW:
أَكْثَرُهُمْ
لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا، أُولَئِكَ
أَكْيَاسٌ
“Orang yang paling banyak
mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelah mati.
Mereka itulah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259,
dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1384)
Menurut Rasul SAW orang yang
cerdas adalah orang-orang yang selalu mengingat kematian. Hal ini memang benar
karena pada dasarnya kecerdasan itu diberikan oleh Allah SWT kepada manusia supaya
digunakan dan dimanfaatkan di jalan yang benar. Tingkatan yang tinggi dari
kecerdasan itu selalu digunakan untuk mengingat kematian. Dengan demikian jiwa
dan raga jadi tergerak dalam banyak mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang
lebih kekal.
Di bulan Ramadhan ini, marilah
kita berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan sebanyak mungkin. Juga hindari sejauh
mungkin hal-hal buruk yang bisa menjerumuskan kita kepada kemudharatan. Karena kita
tidak tahu apakah di masa depan akan bertemu kembali dengan bulan Ramadhan, hanya
waktu yang bisa menjawabnya. Maka dari itu, pergunakanlah waktu ini dengan
amalan yang membawa kita pada keimanan, hasilnya kita akan lebih siap dalam
menghadapi masa depan yang sesungguhnya. Allah SWT berfirman :
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلاَ أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan infakkanlah sebagian dari
apa yang telah Kami berikan kepada kalian sebelum datang kematian kepada salah
seorang di antara kalian, lalu ia berkata, ‘Wahai Rabbku, mengapa Engkau tidak
menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat hingga aku mendapat kesempatan
untuk bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?’.”
(Al-Munafiqun: 10)
Janganlah kita menjadi orang
yang menyesal kala kematian telah datang karena tiada berbekal, lalu kita berharap penangguhan. Karenanya,
berbuat baiklah dan berbekallah!
Persiapkan amal shalih, dekati hal-hal yang dipertintahkan-Nya
dan jauhi larangan-Nya. Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
Penulis : Nurdin Akbar
0 komentar:
Posting Komentar