Sumber Gambar : youtube.com
Mestinya bulan suci Ramadhan
merupakan bulan yang paling bahagia, tapi itu sudah tidak dirasakan oleh diri
ini karena keadaan hati yang luar biasa sakitnya. Ketika orang-orang menyambut
sahur dan menunggu berbuka dengan rasa bahagia, saya hanya melakukan semua itu
dengan keadaan terpaksa karena diakibatkan suasana hati yang merana. Keterpaksaan
itu berujung pada porsi makan yang tidak seperti biasanya. Saya tidak bisa
merasakan nikmatnya sahur dan berbuka seperti dirasakan yang lainnya. Akibatnya
hanya satu, karena masalah hati.
Sumber Gambar : jurukunci.net
Terus kenapa semua ini mesti
dialami oleh saya, apa salah saya, mengapa semua ini bisa terjadi pada saya,
karena saya baru mengalami hal yang seperti ini dan untuk pertama kalinya
merasakan sakit yang tidak pernah saya harapkan sebelumnya. Jika kau pernah
merasakan seperti ini pada sebelumnya, mengapa tidak refleksi, tanyakan pada diri
sendiri bagaimana rasanya ketika rasa sakit ini menimpa lagi. Sudah pasti semua
orang tahu bahwa hal seperti ini tidak pernah diinginkan termasuk saya. diri
ini hanyalah seorang pendiam yang tidak punya apa-apa, seorang yang belum
mapan, seorang yang masih meminta dan seorang yang masih mengandalkan orang tua.
Tidak bisa dibayangkan jika saya yang seperti ini harus menimpa hal yang
demikian sulitnya.
Sumber Gambar : www.rajakata.net
Berusaha menghapus kenangan
sebelumnya memang sulit, apalagi jika tersirat secara tiba-tiba dalam ingatan. Apakah
tidak melihat kesana? Tidak apa-apa jika hanya saya aja teringat karena memang
posisi yang saya tempati merupakan posisi yang tidak menguntungkan. Hanya saja
itu semua terjadi begitu saja. Terlewati tanpa ada hal yang menyangkut sedikit
pun dalam dirinya.
Sumber Gambar : goresanhati-ku.blogspot.com
Mungkin realistis adalah hal
mutlak yang perlu dimasukkan menuju masa depan yang bahagia ketika datang
seseorang yang lebih dipertimbangakan dan didukung oleh semua pihak. Dan dalam posisi
ini tidak ada yang mendukung diri ini sama sekali. Harapan yang muncul hanya tertuju
pada dirinya yang sempat berpihak kepada saya. hanya dirinya yang bisa
mengendalikan saya dikala tekanan yang lain mulai terus-menerus datang pada
dirinya. Diluar dugaan, tak disangka diri ini seakan tidak mendapat tempat
untuk diberi kesempatan oleh dirinya. Praktis tidak ada yang mendukung dan juga
memotivasi. Dan sekarang yang memberi tekanan adalah dirinya. Kecewa iya,
karena hati terbalik begitu saja, kenangan hilang begitu saja, kesan dan pesan
singkat juga tidak menjadi bahan pertimbangan dirinya walaupun itu adalah hal
kecil.
Sumber Gambar : katagalaubagus.blogspot.com
Saya memang tidak terbiasa dan
juga tidak mempunyai pengalaman untuk menghadapi keadaan seperti ini, kembali
pada hati yang sepi adalah sebuah kenyataan yang didapat sejak hari ini. Tidak ada
lagi hp yang selalu berbunyi dengan nada khas pesan singkat, tidak ada lagi ajakan
yang bersifat menenangkan setiap saat, tidak ada lagi kebersamaan dalam
berjalan untuk berangkat ke tempat tujuan, tidak ada lagi ucapan selamat tidur yang selalu ditunggu saat terbaring dalam kasur. Ya, tidak ada lagi. Untuk sekarang
hanya bisa mengikhlaskan dan memaafkan apa yang telah terjadi selama ini. Teringat
ketika membuat surat yang dibentuk menjadi hati lalu ditempelkan supaya terikat
dengan bingkai yang kuat lalu dikemas dengan karton berwarna merah. Itu merupakan
bukti dari keberanian dan keseriusan saya. Karena saya tertarik dengan
sifat keterbukaan, kespontanan dan kekanakannya. Itu semua membuat saya tenang
dan nyaman.
Sumber Gambar : www.katakatagambar.com
Di bulan Ramadhan ini, saya
berharap kebahagian menjadi ganda karena ditambah dengan dirinya. Tapi apa yang
saya dapatkan sekarang merupakan suatu hal yang tidak disangka-sangka. Terbangun dari keheningan tengahmalam yang sepi, air yang dingin ketika membasuh anggota tubuh, ditambah
hati yang tersakiti, membuat pipi menjadi basah ketika mengangkatkan tangan
ini, mata menjadi berkaca ketika memuji-Nya dalam doa, serta kening yang resah ketika
menempel pada sajadah, karena jika tidak ada bahu untuk bersandar maka masih
ada lantai untuk bersujud. Saya tahu, perasaan itu tidak bisa dipaksakan, ia
tumbuh dengan sendirinya. Jadi wajar ketika menyukai suatu hal yang menurut
kita baik. Tapi Allah sudah berkehendak lain, yaitu hanya bisa pasrah karena
sebaik-baik rencana kita, tidak lebih baik dari rencana Allah.
Sumber Gambar : theekem.wordpress.com
Penulis : Nurdin Akbar
0 komentar:
Posting Komentar