Sabtu, 11 Juni 2016

Penemuan Ilmuwan Muslim ini Membuat Orang Zaman Sekarang Ketergantungan Untuk Menggunakanya


Sumber gambar: http://www.munsypedia.com

Di era Digital seperti sekarang, banyak teknologi-teknologi baru dari berbagai bidang keilmuan ditemukan. Mulai dari bidang kedokteran, Robotik, IT, dan lain sebagainya. Semua kemunculan penemuan tersebut membuat manusia semakin dimudahkan dalam melakukan berbagai aktifitas dan keperluan hidupnya sehari-hari.
Namun jauh sebelum era digital, peradaban muslim pada masa kejayaanya juga pernah memberikan sumbangsih yang besar kepada umat manusia melalui penemuan-penemuanya. Bahkan beberapa penemuan ilmuan muslim tersebut masih digunakan oleh umat manusia sekarang dan menjadi sesuatu yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari atau menjadi ketergantungan untuk menggunakanya. Apa saja penemuan-penemuan ilmuwan muslim tersebut? Berikut penjelasanya.


1.     Sabun


Sumber gambar: http://lovepurrscat.blogspot.co.id

Sabun merupakan bahan pokok yang tidak bisa kita tinggalkan saat mandi. Tanpa sabun, seberapa pun lamanya kita mandi, badan tidak akan terlihat segar dan terbebas dari biang bakteri.
Namun dibalik fungsi sabun yang tidak bisa dilepaskan dalam kebutuhan manusia, siapa yang sangka kalau sabun merupakan bahan yang diciptakan oleh ilmuan Muslim.
Sabun sudah ditemukan pada abad ke-7 M pada masa ke khalifahan. Sejak abad tersebut, umat muslim telah menempuh kehidupan yang bersih dan higienis. Berbeda dengan peradaban Eropa yang ketika umat muslim sampai ke Spanyol pada abad ke-8 masih belum mengenal budaya mandi. Salahsatu ilmuan muslim yang mampu memproduksi Sabun adalah Al-Razi
Menurut Al-Hassan dalam bukunya yang berjudul “Technology Transfer in the Chemical Industries” Pembuatan sabun sampai sekarang masih menggunakan bahan yang sama seperti dulu. Bahkan pada masa kejayaanya, sabun yang diciptakan oleh ilmuwan muslim sudah menggunakan pewarna dan pewangi.
Sumber: Republika

2.     Kacamata


Sumber gambar: http://kacamatasale.com
Di era sekarang, kacamata telah menjadi alat yang fungsinya tidak hanya bersifat fungsional seperti penggunaan kacamata untuk membantu penglihatan mata yang min atau plus. Tetapi kacamata juga sudah digunakan untuk fasionable dan hiburan. Misalnya penggunaan kacamata untuk menirukan gaya seorang public figur agar terlihat keren atau digunakan untuk menonton film 3d. Kacamata sudah seolah menjadi bagian dari kehidupan manusia yang tidak bisa dilepaskan, seperti menggunakan pakaian.
Namun dibalik perkembangan kacamata yang fungsinya kini sudah melebar, ternyata kacamata juga ditemukan oleh ilmuwan muslim pada masa kejayaan Islam.
Menurut Lutfallah Gari, seorang peneliti sejarah sains Islam dari Arab Saudi dalam karyanya The Invention of Spectacles Between the East and the West mengatakan bahwa banyak sarjana Eropa yang mengklaim bahwa mereka lah yang telah sejak lama menemukan kacamata, yaitu dari bangsa Romawi. Padahal menurut Lutfallah, bangsa Romawi memang sudah mengenal lensa, namun digunakan untuk membakar sesuatu dengan memfokuskan cahaya matahari pada suatu objek, Itulah buktinya orang Eropa menyebut kacamata dengan sebutan yang umum, yaitu Burning Mirrors (Pembakaran Kaca).
Masih menurut Lutfallah, ditemukanya fungsi kacamata sebagai alat untuk membantu penglihatan sudah ditemukan oleh ilmuwan muslim ratusan tahun sebelum Eropa mengenal kacamata, hal ini dapat dibuktikan melalui karya seorang Fisikawan ternama bernama Al-Haitham (965-1039 M) yang berjudul Kitab al-Manazir. Dalam karyanya tersebut, al-Haitham sudah mempelajari permasalahan pembesaran benda serta pembiasan sinar.
Selain itu, terdapat sebuah syair yang melukiskan tentang kacamata dari Ibn al-Hamdis (1055-1133 M). Syair tersebut berbunyi:
“Benda bening tunjukan tulisan dalam suatu buku untuk mata, benda bening seperti air, namun benda ini adalah batu. Benda itu meninggalkan sisa kebasahan di pipi, basah seperti suatu gambar sungai yang terbentuk dari keringatnya,”

3.     Kamera

Sumber gambar: http://hsgautama.blogspot.co.id


Dengan menyebarnya istilah “Selfie”, orang-orang diseluruh dunia semakin populer menggunakan kamera untuk mengabadikan diri sendiri dan bersama orang terdekat dalam momen tertentu. Bahkan sebuah trand yang ditimbulkan akibat selfie pun muncul, yatu memfoto diri sendiri dalam suatu ketinggian yang tak lazim.
Penggunaan kamera dalam kehidupan sehari-hari kini telah berkembang menjadi trand yang tak bisa dihindari dalam pergaulan bersama orang-orang sekitar. Kamera yang telah banyak membantu dalam mengabadikan moment penting ini ternyata diciptakan pertamakali oleh seorang ilmuwan muslim dari Iraq.
Ilmuwan tersebut bernama Abu al-Hasan al-Haytham, lahir di Basrah pada tahun 965 M. Al-Haytham merupakan seorang Bapak Optik Modern yang menguasai berbagai bidang keilmuan seperti ilmu Falak, Matematika, Fisika, Pengobatan, Optik dan yang lainya.
Nama kamera berasal dari penemuanya sendiri, yaitu Qumrah yang berasal dari kata bahasa Arab bernama “Qamar” yang artinya bulan.
Karya al-Haytham dalam menciptakan kamera diabadikan dalam bukunya yang berjudul al-Manzir. Buku tersebut menjelaskan dengan lengkap tentang kajian-kajian optik. Namun, penemuan al-Haytham yang nantinya menjadi prinsip kerja kamera modern lah penemuan yang paling fenomenal dan berjasa dalam perkembangan kamera selanjutnya hingga menjadi seperti sekarang, yaitu prinsip kerja “ruang gelap.” Prinsip tersbut teraplikasikan dalam kamera yang diciptakanya bersama Kamaluddin al-Farisi yang dibernama al-Bayt al-Muzlim atau yang lebih terkenal dengan nama kamera obscura.
Sumber: blogufik


Penulis: Muhamad Maksugi

1 komentar:

  1. Ini sangat menarik menambah wawasan saya... thank's udh di share post ini...

    BalasHapus