Minggu, 12 Juni 2016

Ramadhan yang Semestinya Bahagia, Kini Mendatangkan Luka

Sumber Gambar : youtube.com

Mestinya bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang paling bahagia, tapi itu sudah tidak dirasakan oleh diri ini karena keadaan hati yang luar biasa sakitnya. Ketika orang-orang menyambut sahur dan menunggu berbuka dengan rasa bahagia, saya hanya melakukan semua itu dengan keadaan terpaksa karena diakibatkan suasana hati yang merana. Keterpaksaan itu berujung pada porsi makan yang tidak seperti biasanya. Saya tidak bisa merasakan nikmatnya sahur dan berbuka seperti dirasakan yang lainnya. Akibatnya hanya satu, karena masalah hati.

Sumber Gambar : jurukunci.net

Terus kenapa semua ini mesti dialami oleh saya, apa salah saya, mengapa semua ini bisa terjadi pada saya, karena saya baru mengalami hal yang seperti ini dan untuk pertama kalinya merasakan sakit yang tidak pernah saya harapkan sebelumnya. Jika kau pernah merasakan seperti ini pada sebelumnya, mengapa tidak refleksi, tanyakan pada diri sendiri bagaimana rasanya ketika rasa sakit ini menimpa lagi. Sudah pasti semua orang tahu bahwa hal seperti ini tidak pernah diinginkan termasuk saya. diri ini hanyalah seorang pendiam yang tidak punya apa-apa, seorang yang belum mapan, seorang yang masih meminta dan seorang yang masih mengandalkan orang tua. Tidak bisa dibayangkan jika saya yang seperti ini harus menimpa hal yang demikian sulitnya.

Sumber Gambar : www.rajakata.net

Berusaha menghapus kenangan sebelumnya memang sulit, apalagi jika tersirat secara tiba-tiba dalam ingatan. Apakah tidak melihat kesana? Tidak apa-apa jika hanya saya aja teringat karena memang posisi yang saya tempati merupakan posisi yang tidak menguntungkan. Hanya saja itu semua terjadi begitu saja. Terlewati tanpa ada hal yang menyangkut sedikit pun dalam dirinya.

Sumber Gambar : goresanhati-ku.blogspot.com

Mungkin realistis adalah hal mutlak yang perlu dimasukkan menuju masa depan yang bahagia ketika datang seseorang yang lebih dipertimbangakan dan didukung oleh semua pihak. Dan dalam posisi ini tidak ada yang mendukung diri ini sama sekali. Harapan yang muncul hanya tertuju pada dirinya yang sempat berpihak kepada saya. hanya dirinya yang bisa mengendalikan saya dikala tekanan yang lain mulai terus-menerus datang pada dirinya. Diluar dugaan, tak disangka diri ini seakan tidak mendapat tempat untuk diberi kesempatan oleh dirinya. Praktis tidak ada yang mendukung dan juga memotivasi. Dan sekarang yang memberi tekanan adalah dirinya. Kecewa iya, karena hati terbalik begitu saja, kenangan hilang begitu saja, kesan dan pesan singkat juga tidak menjadi bahan pertimbangan dirinya walaupun itu adalah hal kecil.

Sumber Gambar : katagalaubagus.blogspot.com

Saya memang tidak terbiasa dan juga tidak mempunyai pengalaman untuk menghadapi keadaan seperti ini, kembali pada hati yang sepi adalah sebuah kenyataan yang didapat sejak hari ini. Tidak ada lagi hp yang selalu berbunyi dengan nada khas pesan singkat, tidak ada lagi ajakan yang bersifat menenangkan setiap saat, tidak ada lagi kebersamaan dalam berjalan untuk berangkat ke tempat tujuan, tidak ada lagi ucapan selamat tidur yang selalu ditunggu saat terbaring dalam kasur. Ya, tidak ada lagi. Untuk sekarang hanya bisa mengikhlaskan dan memaafkan apa yang telah terjadi selama ini. Teringat ketika membuat surat yang dibentuk menjadi hati lalu ditempelkan supaya terikat dengan bingkai yang kuat lalu dikemas dengan karton berwarna merah. Itu merupakan bukti dari keberanian dan keseriusan saya. Karena saya tertarik dengan sifat keterbukaan, kespontanan dan kekanakannya. Itu semua membuat saya tenang dan nyaman.

Sumber Gambar : www.katakatagambar.com

Di bulan Ramadhan ini, saya berharap kebahagian menjadi ganda karena ditambah dengan dirinya. Tapi apa yang saya dapatkan sekarang merupakan suatu hal yang tidak disangka-sangka. Terbangun dari keheningan tengahmalam yang sepi, air yang dingin ketika membasuh anggota tubuh, ditambah hati yang tersakiti, membuat pipi menjadi basah ketika mengangkatkan tangan ini, mata menjadi berkaca ketika memuji-Nya dalam doa, serta kening yang resah ketika menempel pada sajadah, karena jika tidak ada bahu untuk bersandar maka masih ada lantai untuk bersujud. Saya tahu, perasaan itu tidak bisa dipaksakan, ia tumbuh dengan sendirinya. Jadi wajar ketika menyukai suatu hal yang menurut kita baik. Tapi Allah sudah berkehendak lain, yaitu hanya bisa pasrah karena sebaik-baik rencana kita, tidak lebih baik dari rencana Allah.

.
Sumber Gambar : theekem.wordpress.com


Penulis : Nurdin Akbar

0 komentar:

Posting Komentar